Batang - Budaya gotong-royong sudah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Pada era millenial hal tersebut sudah memulai menghilang.
Tapi hal ini tidak berlaku bagi anak muda Tatik Setianingsih Pendiri Sanggar Merti di Desa Brayo, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang.
Di tengah pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tetap aktif, dengan mendirikan sebuah Sanggar Belajar Merti secara gratis.
"Kami tidak sekedar membantu pelajaran dalam hal PJJ, tapi juga mendorong masyarakat desa untuk mandiri secara ekonomi dengan mengembangkan potensi desa,” Kata Tatik Setianingsih Rabu (7/10).
PJJ sudah ada sejak 3 tahun lalu, sebelum punya wifi kami menggunakan Modem. Namun, dengan melihat kebutuhan anak-anak terkait pemanfaatan teknologi, disitu para mentor mulai membekali anak-anak dengan melatih cara mengoprasikan komputer dan laptop.
“Adanya fasilitas dan tutor yang diberikan para pemuda, membuat sanggar dipenuhi puluhan pelajar setiap harinya. Fasilitas yang ada di sanggar diantaranya buku-buku, meja, papan tulis, wifi, komputer, laptop, monitor LCD, sound, televisi, printer, kertas, perlengkapan keterampilan, perlengkapan tari, dan mobil sanggar,” jelasnya.
Dijelaskannya, ada 30-40 anak jika waktu jam sanggar merti buka, jika tidak jam sanggar paling banyak 15 anak saja. Kalau pagi hari biasanya dimanfaatkan anak-anak sekolah dasar dan sekitar untuk kegiatan home schooling atau pembelajaran di rumah.
“Buka sanggar merti yang ada mentor resminya hari rabu sore untuk SMP dan SMA, hari Jumat siang untuk usia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan sore untuk SD, hari sabtu sore untuk SMP dan SMA, dan minggu pagi untuk PAUD dan SD,” tegasnya.
Diharapkan, Sanggar Merti Desa terus bermanfaat untuk masyarakat sekitar, bisa lebih berkembang dan bisa terus memfasilitasi masyarakat sekitar. (MC Batang, Jateng/Roza/Jumadi)